Arsip Kategori: blablabla

Cerita Tentang Pohon

Suatu hari, belum lama ini. Saya mampir beli es di warung, di bawah sebuah pohon beringin yang rindang. Ada hal menarik di tempat itu. Iya, di pohon rindang itu.

Pohon itu, selain memberi penghidupan bagi beberapa pedagang yang mangkal, juga memberi kesejukan pada banyak orang lewat yang kepanasan seperti saya. Berteduh sejenak dari panasnya cuaca di bawah pohon itu, sebelum akhirnya meneruskan kembali perjalanan ke tempat tujuan mereka.

Si pohon tidak pernah menjadi rumah. Tak pernah dengan sengaja diingat. Tak pernah menjadi tujuan, setidaknya kalau sedang tidak ada perlunya.

Lalu dalam hati saya bilang: Hon, nasib kita beda tipis ya hon?

Semacam Ngagraris

image

Gambar itu adalah view di depan “kantor agraris” kami. Menentramkan yah? Oiya, di tempat ini anginnya semilir lho. Dan bagaimana saya berujung di sini? Begini ceritanya.

Beberapa bulan yang lalu, setelah lontang-lantung haha hihi ndak jelas, saya ditawari Bernad dan Benx untuk bergabung dengan mereka, sama-sama mencari rejeki di bidang aiti. Tanpa berpikir panjang, saya iyakan tawaran itu. Tawaran yang bisa saya bilang terlalu sayang buat dilewatkan.

Apa yang lebih menyenangkan dibandingkan bekerja bareng kawan? Bareng-bareng merasakan mepetnya modal, seneng ketika dapat recehan, sampai menghadapi klien dengan macam-macam kelakuan. Mulai dari yang mengalir seperti air, sampai yang lebih keras dari semen yang dipakai merehab candi Prambanan.

Dan beberapa bulan kemudian, disinilah saya berakhir membangun impian, di sisi selatan Jogja yang jauh dari keramaian, tempat yang sungguh menyenangkan meskipun tak banyak pilihan hiburan.

Hamid, yang kembali memikirkan aneka macam cicilan…

Kita lahir dengan tidak punya apa-apa, cuma ada orang yang sayang banget dan berdedikasi sama kita. Toh kita bisa segede gini kan akhirnya? Sama juga dengan kerjaanmu, yakin deh bakal gede asal kamu sayang dan berdedikasi.

— #shitkoalasays when I tell her about my new so called job.

Ada saat dimana kita saling diam, dalam perjalanan kita yang juga kita lakukan diam-diam, agar terhindar dari pertanyaan rumit banyak kawan.
Ada saat dimana aku dan kamu tak bertemu, tapi ada aku dalam doamu, begitupun ada kamu dalam doaku.
Ada saat dimana aku dan kamu saling ingat untuk membawakan sesuatu ketika kita tak pergi bersama, untuk diberikan saat bertemu melepas rindu.

Iya, aku rindu masa masa itu…

Hujan dan Harapan

Hari ini hujan turun. Sepertinya pertama kali dalam musim ini. Itupun kalau saya tak salah ingat.

Saya selalu suka hujan. Baunya terkesan sederhana, tetapi luar biasa. Hujan biasanya juga membawa sesuatu yang istimewa buat saya, beberapa tahun lalu berupa kerjaan, tahun kemarin berupa cobaan hidup dan penghidupan.

Kali ini, bawa berita apa kau hujan?

Hamid, yang mencoba menulis di tengah-tengah emak yang ribut sedari Maghrib. Semua muanya ditanya, mulai dari lokasi gedung nikahan tetangga, sampai korek ada di mana.

Masalah Miskin

image
foto: mas jun / rasarab

Stiker angkot yang dijepret Mas Jun dari Iqbal Rasarab ini sungguh sangat menguatkan hati, dan sungguh mak jleb buat saya. Kata-kata sederhana, tapi dalem banget maknanya buat saya.

Tahun-tahun belakangan ini, hidup saya boleh dibilang fucked up. Ada wae perihal yang kurang mengenakkan, yang membuat saya hampir menangis. Menangis karena apa? Sepertinya stiker angkot tadi cukup bisa menggambarkan keadaan saya.

Saya tidak akan menangis, hanya karena miskin

Tidak tidak, saya tidak akan menangis, hanya karena menjadi miskin. Toh miskin itu relatif. Bagi orang sekaya Setiawan Djody, mungkin saya miskin, tapi saya termasuk beruntung bagi teman-teman yang tinggal di rumah kardus yang sewaktu-waktu bisa terbakar, atau digusur.

Saya akan menangis, bila kemiskinan saya ini mulai mengganggu. Mengganggu teman-teman baik saya terutama. Yang karena keadaan saya, saya menjadi gak asik, menjadi merepotkan, atau mungkin bagi beberapa, memalukan.

Teman-temanku, kuharap kalian mau memaafkan aku dan kemiskinanku. Kuharap kalian sabar bersamaku. Aku berjanji akan berusaha lebih keras lagi untuk menaikkan harkat diri hingga tak merepotkan atau memalukan kalian lagi.

Tentang Kehilangan

image

Kita sering melewatkan tentang hal kecil yang kita punya disaat kita terpesona hal lain yang kadang tampak lebih besar. Tentang hal yang terlihat remeh, yang sebenarnya akan terasa sangat aneh setelah kita kehilangannya. Seperti pohon randu dengan daunnya.

Hamid, untuk seorang kawan yang baru saja kehilangan hal besar yang kadang kurang diperhatikannya.

Perkara Rindu

Iya, saya sedang rindu. Rindu akan sesuatu. Sayangnya, kali ini lagi-lagi bukan soal seseorang.

Saya rindu teman-teman. Sederhana saja. Saya rindu ngumpul. Bertemu teman-teman. Ngomongin hal remeh temen nan tidak penting. Bukan ngomongin hal yang serius, tentang pencapaian, pekerjaan, ketidakcocokan, atau tentang kekaguman terhadap seseorang. Yang seringkali, sayapun tidak tahu atau tidak mau tahu siapa dia.

Ah iya. Saya juga rindu bertemu teman. Benar benar bertemu. Bukan kebetulan bertemu meski pakek janjian. Pertemuan macam apa itu ketika semua pegang gadgetnya masing masing ataupun (tetep) ngobrol soal hal onlen onlenan? Mending dirumah saja ngobrol onlen, messengeran, socmedan, atau imel imelan.

Air Lemon

image
infusedwaters.com

Sekitar tiga empat tahunan lalu seorang teman sering pesen air putih dikasih lemon atau jeruk nipis kalau lagi makan di tempat yang bisa dibilang lumayan. Dia juga menganjurkan saya hal yang sama. Kalau di rumah bikin aja katanya lagi. Seger dan gampang.

Oternyata itu namanya infused water. Baru tahu nama kerennya akhir-akhir ini waktu rame orang pada bikin. Ah, ternyata temenku ada yang hipster juga. Raketang kadohan le dadi hipster 😆